Tuesday, September 25, 2012

Tentang Ruteng

Saya mau berbagi cerita sedikit tentang perjalanan saya yang dalam rangka bekerja di Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai Timur, Flores.

Meninggalkan Jakarta tanggal 24 Oktober 2011, transit di Bali, kemudian berlanjut terbang dan mendarat di Bandar Udara Komodo Labuan Bajo.



Sampai disana disambut dengan sedikit gerimis dan pemandangan yang gersang. Kurang lebih sekitar 2 jam menunggu jemputan untuk kemudian langsung bertolak menuju Ruteng.

Perjalanan dari Labuan Bajo menuju Ruteng ditempuh sekitar 4 jam. perjalanan menuju Ruteng cukup mengocok perut,berbelok-belok dan naik turun. Sampai di Ruteng ternyata dingin sekali, keesokan paginya baru saya cek melalui GPS dan ternyata berada di ketinggian 1.170 mdpl.


Jadi, Ruteng merupakan sebuah Kecamatan yg berada di Kabupaten Manggarai Timur yang letaknya bisa dibilang di kaki gunung. Kebetulan saya disana ada kegiatan studi potensi dan pemetaan untuk pembangunan PLTA di Sungai Wae Racang.


Singkat saja, kami langsung menuju lokasi pekerjaan yang jaraknya sekitar 10km dari Ruteng, namanya Liang Bua. boleh dicoba googling dengan keyword "Liang Bua" dan teman-teman akan mendapatkan bahwa lokasi ini menjadi situs arkeologi adanya penemuan fosil dan kerangka manusia yang berukuran kecil. Dan kami langsung menuju Kampung Teras tempat lokasi pertama yang akan dilihat potensinya. Sesampainya disana,ternyata masyarakat sangat menerima dengan baik, bahkan tidak segan untuk menegur lebih dulu, padahal bisa dibilang kami adalah orang baru dan asing yang belum mereka kenal. Terlebih lagi setelah mereka tahu kalau kami ingin membangun PLTA disini, masyarakat betul-betul membantu pekerjaan kami, misalnya ketika kami harus memasang pilar sebagai titik referensi dan itu ada di dalam kebun, tidak masalah bagi mereka selama itu untuk kepentingan umum dan nantinya untuk kemajuan kampung mereka yang saat ini listrik memang sangat minim buat mereka.


Itu tadi lokasi pertama, di lokasi kedua, yaitu Kampung Bere, masyarakat disini memiliki pola pikir yang berbeda. Pada saat kami ingin memasang pilar seperti di lokasi Kampung Teras yang letaknya ada di dalam kebun, pada awalnya mereka mengijinkan, tapi keesokan harinya ada salah satu warga kampung yang tidak senang kalau lahannya dilewati oleh kami. mereka berbicara dengan bahasa lokal dan salah satu dari mereka menjelaskan permasalahannya kepada kami. Ya intinya mereka meminta uang ganti rugi. Demi kelancaran kami pun berdamai dengan uang ganti rugi tersebut. Tapi secara keseluruhan mereka sangat membantu pekerjaan kami, ramah, bahkan setiap kami melewati rumah penduduk selalu ditawari mampir untuk minum teh atau kopi.


Disini mereka juga mengenal tradisi pada saat panen seperti mengadakan upacara adat dan beberapa tari-tarian yang menggambarkan rasa syukur atas mereka. Hanya ada satu adat istiadat yang saya baru dengar dan wow sekali rasanya! Ada pada saat tertentu (saya tidak bertanya lebih lanjut tentang hal ini) mereka akan mengadakan pertarungan satu lawan satu, bahkan mereka bertarung sampai mati dan hukum tidak bisa menyentuhnya karena ini sebuah kebudayaan mereka turun-temurun dari leluhur.


Pekerjaan mereka semua adalah petani dan berkebun. Walaupun struktur geologinya terdiri dari batuan, tapi disini sangat subur. Apapun mereka bisa tanam disini, seperti kopi, coklat, durian, nanas, pisang dan kemiri yang sepertinya merupakan tanaman asli disini. Selain itu juga, saya menemukan 5 spesies yang mungkin bisa dibilang bunga bangkai tapi ukurannya lebih kecil dari biasanya dan tumbuh pada ketinggian yang berbeda secara liar, sayang pada waktu itu belum mekar.


Bunga yang menyerupai Bunga Bangkai.

Satu lagi yang membuat saya heran adalah, pola menanam padi atau sawah mereka (sebagian) berbentuk lingkaran dan terpusat ditengah seperti jaring laba-laba, tidak seperti sawah pada umumnya.

Buat para fotografer rasanya tidak akan rugi kalau ke Ruteng, banyak objek menarik yang bisa diabadikan asal tahan dingin aja.


Satu lagi, di kantor Bupati Manggarai Timur juga dipajang fosil yang ditemukan di daerah Liang Bua berbentuk ikan purba, mungkin sejenis Ichtyosis ya kalau gak salah (eh bener gak ya tulisannya??). Struktur batuan disana memang seperti batu karang dan berukuran besar. Dengan struktur batuan seperti itu dan terlebih lagi ditemukannya fosil ikan purba saya jadi berpikiran apa iya kalau dulunya Ruteng itu laut???


Struktur batuan di Ruteng

Fosil sejenis ikan purba yang dipajang di Kantor Bupati Manggarai Timur


Situs Liang Bua

Peneliti dari luar negeri yang melakukan penelitian di situs Liang Bua. Menurut mereka, berdasarkan hasil temuan fosil, kalau dulu disitu hidup manusia berukuran kecil yang memiliki tinggi sebatas pinggang. 

Kakek dan Nenek yang ada di foto ini rumahnya diatas bukit, mereka mendapatkan air hanya dari sungai dan untuk mendapatkannya, mereka harus turun sejauh 500m.  kalau datar aja sih gak masalah 500m, nah ini kemiringannya 45 derajat dan mereka bisa survive dsana, HEBAT!

Menyeberangi sungai memakai bambu dari batu ke batu.

Foto diambil ketika perjalanan menuju Kampung Teras. Ruteng menyambut kami dengan pelangi yang indah.




No comments:

Post a Comment